Kisah Tragis Ibu dan Balita hanyut berpelukan di kali Angke

Wednesday 25 March 2015

Cara mendapatkan 3 Dolar per hari, kerjanya cuma klik iklan yang muncul langsung dibayar caranya:klik gambar dibawah ini atau klik Register Clixsense, lengkapi identitas, tekan Sign-Up kemudian konfirmasi Email.Anda siap klik iklan. Info Lengkap







Kasih ibu kepada anaknya tak akan pernah bisa lekang walau harus berhadapan dengan situasi berbahaya. Itulah yang tergambarkan dalam tragedi tenggelam dan hilangnya Muhayati (38) bersama balitanya, Fahri  Husein (4 ) warga Parung Korend, Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat di aliran Kali Angke.



Selasa pagi itu, Muhayati baru saja pulang dari pasar usai berbelanja kebutuhan rumah tangganya. Di temani Fahri, Muhayati mengendarai sepeda motor matic kesayanganya melaju menyusuri jalan menuju ke rumahnya.

Saat itu jarum jam masih menunjukkan pukul 06.30 WIB, jalanan memang agak sedikit licin karena masih terselimuti embun pagi. Perlahan Muhayati melajukan sepeda motornya di jembatan yang berada di Bendungan Polor di bantara Kali Angke.

Jembatan beton itu merupakan satu-satunya akses menuju rumahnya. Karena sudah terbiasa menghadapi medan di jembatan, Muhayati tak lagi kagok melajukan kereta besinya.

Namun, kali ini berbeda, tiba-tiba saja, sepeda motor Muhayati tergelincir dan jatuh saat roda depan sepeda motor itu baru saja mencapai ujung dari jembatan yang memiliki panjang tak lebih dari lima meter.

Muhayati pun terjatuh bersama sepeda motor bernomor polisi B 3276 BHC itu. Beruntung, ia hanya jatuh di tepi kali. Tapi, nahas bagi Fahri, tangan mungilnya tak mampu memegang erat tubuh ibunya.

Tubuh mungil Fahri pun terjatuh ke dalam aliran Kali Angke yang berarus deras. Melihat anaknya jatuh, Muhayati tak lagi berpikir panjang, ia melompat ke dalam kali dan berusaha menyelamatkan Fahri.

"Motor itu terbalik dan anak saya kecebur. Terus ibunya nolongin kemudian ikut nyebur," kata Muhammad Zibir, suami Muhayati mengisahkan, Selasa, 24 Maret 2015.

Tapi siapa sangka, meski sempat berhasil meraih tubuh Fahri dan memeluknya erat, tenaga Muhayati tak cukup kuat menahan derasnya arus hingga ia dan Fahri pun hanyut dan tenggelam.

Warga yang menyaksikan kejadian itu pun berhamburan dan berusaha mencari Muhayati dan Fahri.
Meski telah mencari selama lebih dari tiga jam, usaha warga sia-sia. Muhayati dan Fahri tak kunjung ditemukan.

Baru pada sekitar pukul 11.00 WIB, Fahri ditemukan secara tak sengaja dalam kondisi sudah tak bernyawa di hilir Kali Angke.

"Ditemukan 50 meter dari tempat tenggelam, kondisinya sudah tak bernyawa tersangkut jala ikan," papar Zibir.

Jasad mungil Fahri langsung dibawa dan disemayamkan di rumah orang tuanya yang berada hanya beberapa meter dari lokasi.

Setelah dimandikan dan disalatkan, jasad Fahri akhirnya dikebumikan di pemakaman setempat.

Operasi pencarian dan penyelamatan untuk mencari Muhayati pun digelar. Puluhan tim SAR gabungan dari berbagai unsur diterjunkan.

Tak hanya aliran Kali Angke yang berair keruh saja yang diselami, tim SAR juga menyisir bantaran aliran kali itu.

Berjam-jam tim SAR melakukan pencarian, tapi tubuh Muhayati tak kunjung ditemukan. Hingga pada pukul 18.00 WIB, pencarian pun dihentikan.
Tim SAR akan kembali melakukan pencarian pagi ini, Rabu, 25 Maret 2015, pencarian akan difokuskan di beberapa cekungan yang ada di bantaran Kali Angke.


Mitos Buaya Putih di Kali Anke
Sudah lebih dari 24 jam tubuh Muhayati, ibu yang hilang tenggelam saat berusaha menyelamatkan balitanya yang jatuh ke Kali Angke tak kunjung ditemukan.

Sejak pagi tadi, tim SAR gabungan dari berbagai unsur sudah terlihat hilir mudik di sekitar aliran Kali Angke di wilayah Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat untuk melakukan pencarian.

Namun, tubuh ibu berusia 38 tahun warga Parung Koreng, Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan tak kunjung bisa ditemukan.

Sejak Muhayati dan Fahri (4 tahun) jatuh dan tenggelam di Kali Angke kemarin, Selasa 24 Maret 2015, di sekitar lokasi mulai beredar sebuah cerita mitos tentang keberadaan penghuni gaib Kali Angke.

Mitos yang telah ada sejak zaman dahulu itu menyebutkan bahwa di kali tempat Muhayati dan Fahri hilang itu dijaga seorang ratu dari alam gaib berwujud buaya berwarna putih.

"Di sini ada ratu buaya putihnya," kata Pardi seorang warga yang ikut menyaksikan proses pencarian Muhayati di Kali Angke, Rabu 25 Maret 2015.

Menurut warga, setiap tahun selalu ada saja orang yang tenggelam di aliran kali berarus deras itu.

Tapi, biasanya jika korban telah meninggal, jasadnya akan muncul ke permukaan kali dalam hitungan satu malam saja.

"Yang udah-udah mayatnya ketemu di dekat situ, karena biasanya diumpetin sama buaya putih," ujar Pardi.

Apa yang diceritakan warga itu sungguh berbeda dengan yang terjadi kali ini. Karena menjelang siang ini, tubuh Muhayati belum juga ditemukan.

Sejauh ini, baru jasad Fahri yang ditemukan dan dievakuasi. Jasad balita itu ditemukan secara tak sengaja tersangkut di jala ikan seorang pencari ikan.

Jasad Fahri telah dikebumikan di pemakaman umum setempat oleh keluarganya.

Kronologi


Selasa pagi itu, Muhayati baru saja pulang dari pasar usai berbelanja kebutuhan rumah tangganya. Di temani Fahri, Muhayati mengendarai sepeda motor matic kesayanganya melaju menyusuri jalan menuju ke rumahnya.

Saat itu jarum jam masih menunjukkan pukul 06.30 WIB, jalanan memang agak sedikit licin karena masih terselimuti embun pagi. Perlahan Muhayati melajukan sepeda motornya di jembatan yang berada di Bendungan Polor di bantara Kali Angke.

Jembatan beton itu merupakan satu-satunya akses menuju rumahnya. Karena sudah terbiasa menghadapi medan di jembatan, Muhayati tak lagi kagok melajukan kereta besinya.

Namun, kali ini berbeda, tiba-tiba saja, sepeda motor Muhayati tergelincir dan jatuh saat roda depan sepeda motor itu baru saja mencapai ujung dari jembatan yang memiliki panjang tak lebih dari lima meter.

Muhayati pun terjatuh bersama sepeda motor bernomor polisi B 3276 BHC itu. Beruntung, ia hanya jatuh di tepi kali. Tapi, nahas bagi Fahri, tangan mungilnya tak mampu memegang erat tubuh ibunya.

Tubuh mungil Fahri pun terjatuh ke dalam aliran Kali Angke yang berarus deras. Melihat anaknya jatuh, Muhayati tak lagi berpikir panjang, ia melompat ke dalam kali dan berusaha menyelamatkan Fahri.

"Motor itu terbalik dan anak saya kecebur. Terus ibunya nolongin kemudian ikut nyebur," kata Muhammad Zibir, suami Muhayati mengisahkan, Selasa, 24 Maret 2015.

Tapi siapa sangka, meski sempat berhasil meraih tubuh Fahri dan memeluknya erat, tenaga Muhayati tak cukup kuat menahan derasnya arus hingga ia dan Fahri pun hanyut dan tenggelam.

Warga yang menyaksikan kejadian itu pun berhamburan dan berusaha mencari Muhayati dan Fahri.
Sumber: vivanews

Penulis: tutorial ~ Nurhasan Blogger | Blog Tutorial dan Informasi |

Artikel Kisah Tragis Ibu dan Balita hanyut berpelukan di kali Angke ini dipublish oleh tutorial pada hari Wednesday 25 March 2015
Terima kasih Anda telah membaca artikel tentang Kisah Tragis Ibu dan Balita hanyut berpelukan di kali Angke.
\
\
Copyright © 2010 - . | Blognya Bang ACHAN | Powered By : Blogger | Desain Template By : Nurhasan Blogger | All Rights Reserved.